Makalah Sosiologi perkotaan



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama ini kita selalu mendengar banyak orang mengatakan segala hal yang berkaitan dengan perkotaan. Mulai kegiatan ekonomi, sosial, kemanusiaan, hingga hal-hal yang berunsur vandalisme dan kekerasan dalam bentuk konflik, pertentangan, baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.
Maka dengan adanya segala problem dan aktifitas-aktifitas diperkotaan, kita masuk pada mata kuliah Sosiologi Perkotaan. Di mana dalam mata kuliah ini kita akan mengkaji secara mendalam segala seluk beluk kehidupan perkotaan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai apa itu sosiologi perkotaan dan apa saja ruang lingkup yang ada dalam pembahasan dan kajian di sosiologi perkotaan tersebut. Oleh sebab itu, penyusun berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat dan informasi yang baru kepada segenap pihak yang membacanya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah yang akan di jelaskan. Di antaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi, kota, dan sosiologi perkotaan?
2. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam kajian sosiologi perkotaan?

C. Tujuan Penulisan
makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Para pembaca dapat menjelaskan dan memahami apa yang dimaksud dengan sosiologi, kota dan perkotaan.
2. Pembaca memiliki pemahaman tentang pengertian kota menurut para ahli.
3. Pembaca memahami apa saja ruang lingkup dalam sosiologi perkotaan.

BAB II
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kali ini, untuk mengawali perkuliahan awal dalam mata kuliah Sosiologi Perkotaan, ada beberapa hal yang harus dipahami terlebih dahulu oleh para pembaca sekalian. Sosiologi perkotaan merupakan sebuah cabang dari ilmu utama Sosiologi yang dikembangkan dengan seiringnya pemahaman dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli mengenai masyarakat perkotaan. Sama halnya dengan cabang sosiologi lainnya seperti sosiologi pedesaan, sosiologi agama, sosiologi pembangunan, dan sebagainya. Sosiologi perkotaan memiliki pembahasan dan kajian mendalam mengenai seluk beluk masyarakat di perkotaan. Membahas lebih detai mengenai segala aktifitas sosial, ekonomi, keagamaan, dan lainnya yang ada di dalam masyarakat perkotaan tersebut.

A. Pengertian Sosiologi, Kota, dan Sosiologi Perkotaan.
Sosiologi diartikan oleh Pitirim A. Sorokin sebagai sebuah ilmu yang mempelajari hal-hal seperti hubungan dan pengaruh timbal balik antar aneka macam gejala sosial. Misalnya antar gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dan gerak masyarakat dengan politik. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial. Misalnya, gejala geografis dengan biologis. Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial .
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dari proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Roucek dan Warren memberikan pengertia sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok.Sosiologi menurut J. A.A. Van Doorn dan C.J. Lammers adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil .
Kemudian pengertian kota menurut para ahli adalah sebagai contoh, Max Weber berpendapat kota adalah suatu tempat apabila penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan dari penduduk dari pedalaman dan diperjualbelikan di pasar itu. Jadi ciri kota menurut Max Weber yang paling utama adalah adanya pasar sebagai benteng, yang mempunyai sistem hukum dan lain-lain yang bersifat kosmopolitan.
Cristaller dengan “Central Place Theory”nya menyatakan kota berfungsi menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Bisa disimpulkan dari teori ini kota sebagai pusat pelayanan. Sebagai pusat tergantung kepada seberapa jauh daerah sekitar kota memanfaatkan penyediaan jasa-jasa kota itu. Dari pandangan ini kota-kota tersusun dalam hirarki berbagai jenis.
Menurut Prof. Bintarto kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya .
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa, sosiologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari segala aktifitas-aktifitas dan proses-proses sosial yang ada di masyarakat. Mengkaji segala seluk beluk peran-peran sosial, pelapisan sosial, mobilitas sosial, perubahan-perubahan dan pola-pola yang ada di masyarakat.
Sementara pengertian kota yang dapat kita simpulkan dari beberapa pendapat ahli diatas yaitu sebuah tempat di mana para penghuninya mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dalam lingkungan itu sendiri. Memiliki strata sosial, pelapisan sosial, dan coraknya yang heterogenitas sangat kental, serta sifat materialistisnya yang besar.
Dari pemahaman di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa sosiologi perkotaan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial dan interaksi manusia di wilayah metropolitan atau perkotaan. Sosiologi perkotaan mempelajari masyarakat perkotaan dan segala pola interaksi yang dilakukannya sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dikaji adalah antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan pola pikir dalam menyikap permaslahan. Studi ini adalah disipilin sosiologi norma yang mempelajari struktur, proses, perubahan, dan masalah disebuah wilayah urban dan memberi masukan untuk perencanaan dan pembuatan kebijakan.
Seperti bidang sosiologi lainnya sosiologi perkotaan juga menggunakan analisis statistik, pengamatan, teori sosial, wawancara, dan metode lainnya. Seperti migrasi dan demografi, kemiskinan, ekonomi, hubungan ras, dan lainnya.

B. Ruang Lingkup Sosiologi Perkotaan
Sosiologi perkotaan seperti yang telah dijelaskan di atas, merupakan sebuah kajian mengenai seluk beluk masyarakat yang ada di wilayah perkotaan atau metropolitan. Oleh karena itu, sosiologi perkotaan memliki beberapa ruang lingkup yang dapat kita pelajari yaitu tentang sejarah pertumbuhan kota, perbedaan masyarakat kota dan desa, institusi perkotaan, konflik sosial, pengangguran, pekerjaan atau mata pencaharian masyarakat kota, masalah lapangan pekerjaan, keadaan lingkungan sosial perkotaan, kemiskinan, pola hubungan sosial masyarakat kota, diferensiasi sosial, pelapisan sosial, dan lainnya.

1. Sejarah Pertumbuhan Kota 
Dalam pembahasan ini kami memberikan beberapa contoh perkembangan dan pertumbuhan perkotaan yang ada di Indonesia. Sebagian besar, kota-kota yang tumbuh dengan cepat adalah kota-kota yang terletak di dekat pelabuhan. Pemilihan lokasi didasarkan pada potensi-potensi yang dapat dikembangkan terutama potensi sumber daya alam dan letak yang strategis.Berdasarkan sejarah pertumbuhannya, kota-kota di Indonesia bermula dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a. Kota yang berawal dari pusat perdagangan. 
Di Indonesia kota-kota yang berasal dari kegiatan perdagangan, antara lain adalah Surabaya, Jakarta dan Makassar. Kota-kota ini merupakan kota perdagangan yang ramai.
b. Kota yang berawal dari pusat perkebunan. 
Pembukaan lahan baru untuk areal perkebunan berdampak pada pembuatan permukiman baru yang kemudian berkembang menjadi kota. Contohnya: Sukabumi (perkebunan teh), Ambarawa (perkebunan kopi), dan Jambi (perkebunan karet).
c. Kota yang berawal dari pusat pertambangan.
Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari perluasan daerah pertambangan, antara lain Pangkal Pinang dan Tanjung Pandan (pertambangan timah), Palembang dan Plaju (tambang minyak bumi), Samarinda, Tarakan, Balikpapan (tambang minyak Bumi).
d. Kota yang berawal dari pusat administrasi pemerintah. 
Pada zaman penjajahan Belanda, Batavia merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka, Kota Batavia (Jakarta) menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia.
Seperti halnya desa, kota juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk membedakannya, kota diklasifikasikan berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Berdasarkan jumlah penduduk, kota diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk di atas 5 juta orang.
2. Metropolitan (kota raya), yaitu kota yang berpenduduk antara 1–5 juta orang.
3. Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 500.000– 1 juta orang.
4. Kota sedang, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 100.000–500.000 orang.
5. Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000–100.000 orang.
b. Berdasarkan tingkat perkembangannya, kota diklasifikasikan menjadi:
1. Tingkat Eopolis, yaitu suatu wilayah yang berkembang menjadi kota baru.
2. Tingkat Polis, yaitu suatu kota yang masih memiliki sifat agraris.
3. Tingkat Metropolis, yaitu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke industri.
4. Tingkat Megalopolis, yaitu wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa kota metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar.
5. Tingkat Tryanopolis, yaitu kota yang kehidupannya sudah dipenuhi dengan kerawanan sosial, seperti kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
6. Tingkat Nekropolis, yaitu suatu kota yang berkembang menuju keruntuhan.
c. Berdasarkan fungsinya, kota diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kota pusat produksi, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau pemasok, baik yang berupa bahan mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh: Surabaya, Gresik, dan Bontang.
2. Kota pusat perdagangan (Centre of Trade and Commerce), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik maupun internasional. Contoh: Hongkong, Jakarta, dan Singapura.
3. Kota pusat pemerintahan (Political Capital), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan atau sebagai ibu kota negara.
4. Kota pusat kebudayaan (Cultural Centre), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan. Contoh: Yogyakarta dan Surakarta.

2. Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa
Sosiologi perkotaan juga membahas bagaimana perbedaan antar masyarakt kota dan desa dalam beberapa aspek kehidupan. Seperti berikut:
a. Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat perdesaan berhubungan kuat dengan alam, karena lokasi geografisnyadi daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
b. Pekerjaan atau Mata Pencaharian, Pada umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah bertani tapi tak sedikit juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha.
c. Ukuran Komunitas, Komunitas perdesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
d. Kepadatan Penduduk, Penduduk desa kepadatannya lebih rendah bila dibandingkan dgn kepadatan penduduk kota,kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dgn klasifikasi dari kota itu sendiri.
e. Homogenitas dan Heterogenitas, Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat perdesa bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku, dan juga bahasa, penduduk di kota lebih heterogen.
f. Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di dlm diferensiasi Sosial.
Pada situasi dan kondisi berinteraksi, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikkan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang sangat kuat yang hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat , bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat karena beranggapan bahwa sebagai sesama makhluk sosial hendaknya saling mencintai, saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Sedangkan pada masyarakat perkotaan. Jalan pikiran rasional ,menyebabkan interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
Ciri - Ciri Masyarakat Desa antara lain :
a. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
c. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
d. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya.
e. Sistem gotong royong, pembagian kerja tidak berdasarkan keahlian.
f. Cara bertani sangat tradisional dan tidak efisien karena belum mengenal mekanisasi dalam pertanian.
g. Golongan orang tua dalam masyarakat pedesaan memegang peranan penting

Sedangkan, Ciri – Ciri Masyarakat Perkotaan sebagai berikut :
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Manusia individual (perorangan). Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .
c. Jalan pikiran rasional, menyebabkan interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
d. Pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
e. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
f. embagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
g. perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

3. Konflik-konflik di Perkotaan
Dalam ruang lingkup lain sosiologi perkotaan adalah membahas secara mendalam mengenai konflik-konflik dan hal-hal lain yang menyebabkan konflik di perkotaan. Dengan melakukan pengamatan, penelitian, observasi, dan sebagainya, kita bisa melihat potensi-potensi yang dapat menyebabkan konflik di daerah perkotaan. Maka sosiologi dalam hal ini sangat berperan penting untuk membahas permasalahan tersebut.
Jika kita mengetahui sebagian kecil penyebab konflik yang ada di perkotaan, tak lain adalah mengenai masalah sengketa tanah di perkotaan, adanya intervensi kelompok atau individu dalam sebuah persoalan, adanya kesalah pahaman dalam berorganisasi dan bersosialisasi, perasaan untuk menjaga harga diri dan prestise, dan lainnya.
Tak jauh berbeda dengan ilmu lainnya, sosiologi perkotaan juga memiliki metode-metode tertentu untuk mengkaji masalah konflik di masyarakat perkotaan. Bisa dengan menggunakan metode observasi, penelitian, angket, wawancara, dan sebagainya.



4. Pengangguran
Pengangguran di perkotaan dan daerah sekitarnya adalah suatu permasalahan sosial yang tak luput dari pengkajian ilmu sosiologi perkotaan. Dengan ilmu sosiologi perkotaan ini, akan didapat sebuah pemahaman mengenai apa yang menyebabkan pengangguran, sebenarnya bagaimana pengangguran itu bisa terjadi, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pengangguran di daerah perkotaan. 
Jika kita menilik lebih mendalam mengenai masalah ini, sebenarnya kota manapun di Indonesia memiliki daya tarik tinggi bagi orang-orang yang datang dari desa mereka untuk memperbaiki hidup dan kehidupan mereka, dengan cara mencari pekerjaan yang lebih layak dan lebih mapan. Namun tak jarang bahkan banyak sekali para pendatang itu hanya bermodalkan keyakinan dan nekat saja, tanpa diimbangi dengan keahlian tertentu yang mampu membawa dirinya menjadi dibutuhkan oleh kegiatan perekonomian di perkotaan.
Oleh sebab itu, banyak sekali dari para pendatang itu yang hanya menjadi orang-orang terpinggirkan, menjadi pengangguran karena mereka kebingungan untuk mencari kerja seperti apa di kota yang ia datangi itu. Maka dengan adanya sosiologi perkotaan inilah, akan dikaji semua hal yang berkaitan dengan masalah sosial yang satu ini, serta mencari solusinya untuk memperbaiki kehidupan diperkotaan.

5. Mata Pencaharian Masyarakat Kota
Dalam ruang lingkup perkotaan pula tak lepas dari mata pencaharian masyarakatnya. Maka dengan kajian sosiologi perkotaan, kita bisa memahami bagaimana pola-pola ekonomi dan kegiatan pencaharian hidup masyarakat perkotaan. Khususnya untuk daerah yang memang sudah menjadi daerah perindustrian, maka dapat dipahami bahwa masyarakat perkotaan lebih terfokus kepada mata pencaharian dibidang industri, tekstil, produksi furniture, dan pelayanan jasa.
Sementara dengan mengkaji melalui metode sosiologi, kita bisa menilai bahwa masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa. Sebagai contoh jika kita observasi ke daerah pedesaan di Ngawi, Jawa Timur, maka 95% penduduknya adalah petani. Sementara jika dibandingkan dengan jakarta, surabaya, medan, pontianak, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, mereka lebih cenderung bergelut dalam bidang pelayanan jasa transportasi, makanan, industri, tekstil, dan sebagainya.
Dalam hal ini, merupakan bagian dari ruang lingkup pembahasan ilmu sosiologi perkotaan.

6. Ruang Lingkup Lain Dari Ilmu Sosiologi Perkotaan
a. Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam
Masyarakat pedesaan berhubungan kuat dengan alam, disebabkan oleh lokasi geografisnya di daerah desa. Mereka sulit “mengontrol” kenyataan alam yang dihadapinya, padahal bagi petani realitas alam ini sangat vital dalam menunjang kehidupannya.
b. Pekerjaan atau Mata Pencaharian.
Pada umumnya mata pencaharian daerah pedesaan adalah bertani. Mata pencaharian berdagan merupakan mata pencaharian sekunder. Sedangkan di masyarakat kota, mata pencaharian cenderung ,menjadi terspesialisasi, dan spesialisasi itu sendiri dapat dikembangkan.
c. Ukuran Komunitas
Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
d. Kepadatan Penduduk.
Penduduk desa kepadatan penduduknya lebih rendah dibandingkan dengan kepadatan penduduk perkotaan.
e. Homogenitas dan Heterogenita.
Homogenitas atau persamaan dalam ciri-ciri social dan psikologis, bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku sering nampak pada masyarakat pedesaan bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya, penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dengan macam-macam subkultur, kesenangan, kebudayaan dan mata pencaharian.
f. Diferensiasi Sosial.
Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yang tinggi di dalam diferensiasi social. Kenyataan ini bertentangan dengan bagian-bagian kehidupan di masyarakat pedesaan.
g. Pelapisan Sosial
Ada beberapa perbedaan “pelapisan sosial tak resmi” antara masyarakat kota dan masyarakat desa, namun di sini saya akan memberikan satu contoh saja, yaitu pada masyarakat desa, kesenjangan (gap) antara kelas eksterm dalam piramida sosial tidak terlalu besar, sedangkan pada masyarakat kota jarak antara kelas eksterm yang kaya dan miskin cukup besar.
h. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial berkaitan dengan perpindahan atau pergerakkan suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya, terjadinya peristiwa mobilitas sosial demikian disebabkan oleh penduduk kota yang heterogen. Dengan demikian, maka mobilitas sering terjadi di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan.
i. Interaksi Sosial
Tipe interaksi sosial di kota dengan di desa perbedaannya sangat kontras, baik aspek kualitasnya maupun kuantitasnya.
j. Pengawasan Sosial
Tekanan sosial oleh masyarakat di pedesaan lebih kuat karena kontaknya yang bersifat pribadi dan ramah tamah (informal). Di kota pengawasan sosial lebih bersifat formal, pribadi, kurang “terkena” aturan yang ditegakkan.
k. Pola Kepemimpinan
Menentukan kepemimpinan di pedesaan cenderung banyak ditentukan oleh kualitas pribadi dari individu dibandingkan dengan kota.
l. Standar Kehidupan
Di kota, dengan konsentrasi dan jumlah penduduk yang padat, tersedia dan ada kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan dan fasilitas-fasilitas yang membahagiakan kehidupan, sedangkan di desa terkadang tidak demikian.
m. Kesetiakawanan Sosial
Kesetiakawanan sosial atau kesatuan dan kepaduan pada masyarakat pedesaan merupakan akibat dari sifat-sifat yang sama, persamaan dalam pengalaman, tujuan yang sama, di mana bagian dari masyarakat pedesaan hubungan pribadinya bersifat informal dan tidak bersifat kontrak sosial (perjanjian).
n. Nilai dan Sistem Nilai
Nilai dan system nilai di desa dengan di kota berbeda, dan dapat diamati dalam kebiasaan, cara, dan norma yang berlaku. Pada masyarakat pedesaan, misalnya mengenai nilai-nilai keluarga masih berperan. Dalam hal ini masyarakat kota bertentangan atau tidak sepenuhnya sama dengan sistem nilai desa.

























BAB III
PENUTUP

Sosiologi perkotaan adalah bidang ilmu yang mempelajari manusia yang tinggal di wilayah urban, metropolitan, atau perkotaan dengan segala masalah yang ada disana. Ruang lingkup sosiologi perkotaan sanagatlah luas bila hanya di bandingkan dengan semua yang sudah di paparkan di makalah ini, tapi seperri halnya semua bidang sosiologi atau sosial hal utama yang di bahas adalah kecendrungan-kecendrungan struktur kegiatan hidup manusia.
Sosiologi perkotaan hendaknya membawa kita yang mempelajarinya menjadi lebih bijak utamanya tentang bagaimana menghadapi masalah-masalah yang ada di perkotaan dalam kehidupan sehari-hari.


























DAFTAR PUSTAKA


Setiadi, Elly M-Usman Kolip,pengantar sosiologi, Jakarta.Kencana Prenada Media Group.2011

Asy’ari, Sapari Imam, Sosiologi Perkotaan Dan Pedesaan, Drs.Surabaya, Usaha Nasional.1993

Bintarto, Pengantar Geografi Kota, LIP SPRING, Yogyakarta:1997

http://sosiologiiainsupel.blogspot.com/2011/03/pengertian-dan-ruang-lingkup-perkotaan.html
http://as-sosunila.blogspot.com/2012/11/makalah-sosiologi-perkotaan-dan-pedesaan.htmls
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/
http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm

Penulis
Agung Widodo
PLS UNY 2015


Makalah Sosiologi perkotaan Makalah Sosiologi perkotaan Reviewed by Agungwee777 on 21:08 Rating: 5

1 comment:

  1. How to Make Money From Sports Betting - Work Paper
    If a sports bettor doesn't have any knowledge of sports betting, they งานออนไลน์ may make bets on them. Some online betting sites have a reputation of

    ReplyDelete

Powered by Blogger.